Wednesday, September 11, 2013

Hasil Analisis Konspirasi Kemakmuran

Beberapa hari yang lalu muncul lagi sesuatu yang menghebohkan media yaitu kasusnya Zaskia Gothic dengan mantan tunagannya Vicky Prasetyo dimana ketika pada sesi wawancara dengan awak media, Den Vicky Prasetyo dengan gayanya dia menggunakan bahasa-bahasa yang seolah terkesan seorang yang intelek sehingga bahasa-bahasanya jadi trend untuk saat ini :3
 

"Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi karena basically, aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya."

Ia berujar lagi, "Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan."

"Dengan adanya hubungan ini," lanjut Vicky, "bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident."

"Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga..." kata Vicky lagi.

Seusai memberikan keterangan itu, Zaskia berkata mesra kepada Vicky, "Dibeliin rumah ya Pap ya, aku dibeliin rumah ya sayang ya..."

"Nantilah, kita komunikasikan lagi," jawab Vicky.


Hasil Analisis

“tetap… di usiaku saat ini.. eh ya… twenty nine my age ya…”

Saya merasakan sedikit rasa kurang percaya diri dari nadanya. Mulai dari banyaknya jeda, mencampur adukkan bahasa, hingga ekspresi wajah. Apakah dia berbohong soal umurnya? Mungkin nanti kita bisa tanyakan ke kantor kejaksaan.

“tapi aku tetap masih merindukan apresiasi… karena basically… ya aku seneng… seneng musik gitu…”

Agak sedikit kontradiksi di sini. Bila Vicky merindukan apresiasi karena dia menyukai musik, bukankah ini berarti dia seharusnya seorang musisi? Seorang musisi yang rindu untuk diapresiasi?

Tetapi apabila Vicky rindu akan tindakan mengapresiasi, maka hal ini menjadi jauh lebih mudah dimengerti. Karena dia menyenangi musik, maka dia memilih untuk mengapresiasi seorang musisi. Karena saya juga sangat mengapresiasi goyangan dan musikalitas Zaskia. Terutama goyangannya.

Shake it, Zaskia. Shake it!

“walaupun kontroversi hati aku lebih membutuhkan kepada konspirasi kemakmuran ya… kita pilih ya…”

Kontroversi dimulai dari kalimat ini. Saya rasa yang dimaksud dengan “kontroversi hati” di sini adalah, pada dasarnya hati kecil Vicky tidak setuju dengan tindakannya bertunangan dengan Zaskia. Mungkin dia benar-benar jatuh cinta dan takut melukai hatinya bila Zaskia tahu siapa dia sebenarnya? Bisa jadi. Itu lah mungkin yang menjadi kontroversi di dalam hati nuraninya.

Dan kesimpulan ini saya rasa diperkuat oleh pilihan katanya di akhir kalimat, “konspirasi kemakmuran”. Di mana dia menekankan bahwa walaupun nuraninya dilanda prahara dan kontroversi akibat secuil rasa kejujuran, tapi pada akhirnya dia memilih pada konspirasi kemakmuran. Di sini tabiat aslinya muncul ke permukaan, di mana tujuan utamanya bertunangan dengan Zaskia adalah sebuah rencana diam-diam yang bertujuan untuk kekayaan pribadinya.

Shame on you, Vicky.

“nggak kita… kita belajar, eh… apa ya… harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar…”

Di sini dia menyadari blunder dari ucapannya sebelumnya. Mencoba mengalihkan pembicaraan pada sebuah topik baru, dan dia arahkan pada sebuah ide klise yang biasa diutarakan pasangan-pasangan baru, mempelajari satu sama lain dan menciptakan harmoni.

Tetapi saya rasa dia masih merasakan efek blunder kalimat sebelumnya sehingga terjadi kesalahan pengucapan “harmonisasi” menjadi “harmonisisasi”. I’m trying to think positive here people…

“kupikir kita nggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan mengkudeta apa yang sudah menjadi keinginan…”

Masih merasakan efek blunder kalimat sebelumnya, di sini dia justru memperbesar kesalahan tersebut dengan mengutarakan maksud hatinya yang tersembunyi. Membungkus sebuah penyangkalan dalam bentuk eufimisme halus.

Di sini yang di maksud dengan “ego” tentu saja adalah ego-nya sendiri. Kecuali bila kata yang dia maksud adalah “egois”.

Dia tanpa sadar menasehati dirinya sendiri untuk tidak menuruti kepentingannya, yaitu meraup keuntungan dari Zaskia. Tapi sifat aslinya berkata lain, hinggai muncul lah kalimat lanjutan “mengkudeta apa yang sudah menjadi keinginan“. Di mana keinginannya tentu saja adalah kekayaan Zaskia, dan “mengkudeta” hal tersebut, mengkhianati niat tersebut berarti mundur dari niat awalnya untuk meraup keuntungan.

Bipolar much, Vicky?

“dengan adanya, eh, hubungan ini bukan mempertakut, bukan mempersuram, eh, statusisasi kemakmuran keluarga dia gitu… tapi menjadi confident…”

Dia sudah mulai merasakan kecurigaan Zaskia. That girl is not as naive as he thought. Dia mencoba menenangkan rasa khawatir Zaskia dengan kalimat ini, tapi rasa takut akan ketahuan menguasai nalarnya. Hingga keluarlah kata yang belum pernah kita dengar sebelumnya, “mempertakut”.

Vicky mencoba meyakinkan Zaskia bahwa kehadiran dia bukanlah untuk menggoyahkan status ekonomi keluarga Zaskia. Tapi Vicky berusaha mengatakan bahwa kehadirannya justru akan semakin membuat status ekonomi keluarga Zaskia lebih mantap dan lebih stabil. Sehingga Zaskia akan lebih percaya diri (confident) untuk melangkah bersamanya.

Nice try, dude…

“tapi kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik… dan… aku sangat bangga…”

Sebuah pernyataan rekursif yang membuktikan kompleksitas otak penipu ulung ini. Kita tahu siasat membutuhkan kecerdasan. Vicky begitu hebatnya, dia memiliki kecerdasan untuk mensiasati kecerdasan. Cerdasception.

Pada akhirnya semua itu memang siasat Vicky untuk meraup keuntungan, karena dia menyadari kondisi ekonominya sangatlah labil. Dia sadar bahwa pertunangannya dengan Zaskia akan membuat kondisi ekonominya menjadi lebih baik. Dan dia bangga akan pencapaiannya itu.

<Zaskia minta dibelikan rumah>

“ya kita komunikasi lagi soal itu…”

<Zaskia tertawa bingung, Vicky tertawa kecut>

Saya yakin ini yang ada di pikiran Vicky saat itu: “syiiiiiiet… gw udah ngomong super keren gitu untuk ngeyakinin dia gw bukan mau morotin, eh… ujung-ujungnya dia minta dibeliin rumah. gw kan kagak punya duit! justru gw yang pengen dibeliin rumah ama doi… syiiiiet…”

No comments:

Post a Comment