Showing posts with label Berita Umum. Show all posts
Showing posts with label Berita Umum. Show all posts

Wednesday, October 30, 2013

Mengenal YBJ (Yellow Box Junction)

Mengenal YBJ (Yellow Box Junction)  Jika melintasi persimpangan Traffic Light depan Sarinah Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat, akan terlihat suatu bujur sangkar atau persegi panjang berwarna kuning berukuran besar tergambar di aspal. Banyak pengguna jalan yang bertanya-tanya fungsi kotak kuning tersebut.  Kotak tersebut disebut Yellow Box Junction (YBJ). YBJ adalah marka jalan yang bertujuan mencegah kepadatan lalu lintas di jalur dan berakibat pada tersendatnya arus kendaraan di jalur lain yang tidak padat. Dengan YBJ, diharapkan kepadatan di persimpangan tidak terkunci.  Yellow Box Junction sangat berguna di persimpangan-persimpangan jalan yang padat, pada jalan-jalan utama serta saat waktu puncak kepadatan lalu lintas. Banyak pengguna kendaraan bermotor tetap menerobos lampu (traffic light) merah, saat antrean kendaraan di depannya belum terurai. Adanya YBJ ini walaupun lampu traffic light sudah hijau pengguna jalan yang belum masuk YBJ harus berhenti ketika ada kendaraan lain di dalam YBJ. Mereka baru bisa maju jika kendaraan di dalam YBJ sudah keluar.  Bagi pengendara yang tetap memaksa memasukkan kendaraannya ke dalam YBJ, padahal masih ada kendaraan lain di dalamnya, maka akan di tilang, ini sama saja melanggar marka jalan.  Yellow Box Junction akan berfungsi maksimal jika ada kesadaran dari pengguna jalan. Sebab kesadaran warga juga kunci utama kelancaran lalu lintas. Jadi jika pengendara melihat jalur di depan tersendat, sebaiknya tidak memaksa masuk ke YBJ walaupun lampu masih hijau. Sehingga ketika jalur lain hijau, tidak akan terjadi tersendatnya arus lalu lintas.  Dalam penjelasan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, pasal 287 (2) juncto Pasal 106 (4) huruf a, b tentang rambu-rambu lalu lintas dan berhenti di belakang garis stop. Pidananya ialah kurungan dua bulan penjara atau denda Rp 500.000.    (TMC Ditlantas Polda Metro Jaya)

Mengenal YBJ (Yellow Box Junction)

Jika melintasi persimpangan Traffic Light depan Sarinah Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat, akan terlihat suatu bujur sangkar atau persegi panjang berwarna kuning berukuran besar tergambar di aspal. Banyak pengguna jalan yang bertanya-tanya fungsi kotak kuning tersebut.
Kotak tersebut disebut Yellow Box Junction (YBJ). YBJ adalah marka jalan yang bertujuan mencegah kepadatan lalu lintas di jalur dan berakibat pada tersendatnya arus kendaraan di jalur lain yang tidak padat. Dengan YBJ, diharapkan kepadatan di persimpangan tidak terkunci.
Yellow Box Junction sangat berguna di persimpangan-persimpangan jalan yang padat, pada jalan-jalan utama serta saat waktu puncak kepadatan lalu lintas. Banyak pengguna kendaraan bermotor tetap menerobos lampu (traffic light) merah, saat antrean kendaraan di depannya belum terurai. Adanya YBJ ini walaupun lampu traffic light sudah hijau pengguna jalan yang belum masuk YBJ harus berhenti ketika ada kendaraan lain di dalam YBJ. Mereka baru bisa maju jika kendaraan di dalam YBJ sudah keluar.
Bagi pengendara yang tetap memaksa memasukkan kendaraannya ke dalam YBJ, padahal masih ada kendaraan lain di dalamnya, maka akan di tilang, ini sama saja melanggar marka jalan.
Yellow Box Junction akan berfungsi maksimal jika ada kesadaran dari pengguna jalan. Sebab kesadaran warga juga kunci utama kelancaran lalu lintas. Jadi jika pengendara melihat jalur di depan tersendat, sebaiknya tidak memaksa masuk ke YBJ walaupun lampu masih hijau. Sehingga ketika jalur lain hijau, tidak akan terjadi tersendatnya arus lalu lintas.
Dalam penjelasan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, pasal 287 (2) juncto Pasal 106 (4) huruf a, b tentang rambu-rambu lalu lintas dan berhenti di belakang garis stop. Pidananya ialah kurungan dua bulan penjara atau denda Rp 500.000.
(TMC Ditlantas Polda Metro Jaya)

Sunday, August 11, 2013

Selama Ramadhan Penghasilan Pengemis Rp 2 Juta Per Hari


Selama Ramadhan Penghasilan Pengemis Rp 2 Juta Per Hari - Datangnya bulan Ramadan membawa keuntungan tersendiri pada para pengemis. Bulan yang juga dikenal sebagai bulan penuh berkah ini ternyata meningkatkan pendapatan pengemis cukup signifikan.

Seorang pengemis Rumiyati (54) mengatakan, saat Ramadan, dirinya meraup pendapatan minimal Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per hari. Biasanya wanita paruh baya ini hanya mendapatkan uang sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta dari kegiatan mengemisnya.

"Ada yang bahkan memberikan uang Rp 50.000 sekali ngasih," ujarnya pada merdeka.com saat ditemui di bilangan Fatmawati, Jakarta, Minggu (11/8).

Mengapa bisa sebesar itu pendapatannya? Wanita asal Tegal ini mengungkapkan strateginya yakni pada siang hari dia mengemis di jalanan seperti biasa atau di lokasi pemakaman untuk meminta kepada para peziarah. Sementara, saat malam datang, dia berpindah menuju masjid tempat pelaksanaan ibadah tarawih untuk meminta-minta sesudahnya.

"Orang-orang lebih mudah memberikan uang saat bulan ini," tuturnya.

Ternyata ibu dari 3 anak ini tidak betul-betul miskin. Dia mengaku bahwa dirinya memiliki sawah di kampung halamannya. Kegiatan mengemis ini dilakukan biasanya saat dia menunggu musim panen.

"Atau ya memang karena bulan Ramadan ini," ucapnya.

Yati, panggilan akrabnya, menyatakan dirinya tidak malu pada kegiatan sambilannya ini. Pasalnya, di kampung halamannya, dia tidak sendiri yang melakukan hal tersebut.

"Yang penting kan halal, mas. Dari pada mencuri," imbuhnya.

Sebelumnya, Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).

Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya.

Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.

Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta.

Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.

Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang.

Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas.

"Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.

Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.

"Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.

[ sumber ]

Saturday, August 10, 2013

Kisah Edi Warsito, Yang Hitung Kendaraan Pemudik Secara Manual


Kisah Edi Warsito, Yang Hitung Kendaraan Pemudik Secara Manual - Brebes, Selama Lebaran, untuk memprediksi puncak arus mudik dan arus balik, biasanya dilakukan dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintas. Mungkin dapat dibayang alat-alat canggih atau komputerisasi dalam penghitungan jumlah kendaraan bermotor tersebut.

Namun, jangan salah sangka, ternyata di Indonesia penghitungan kendaraan tersebut tidak semuanya serba otomatis, ada juga yang menghitung dengan manual.

Adalah Edi Warsito, PNS Polres Brebes, Jawa Tengah, yang menghitung jumlah kendaraan yang keluar-masuk ke Tol Pejagan. Ia melakukan penghitungan secara manual, dengan 6 alat penghitung.

"Dari 6 alat, dibagi 2, terbagi untuk menghitung jumlah keluar-masuk kendaraan pribadi, truk, dan bus," kata Edi Warsito saat diwawancari Liputan6.com di Pospam Tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (10/8/2013).

Selain 6 alat penghitung, Edi hanya dibekali kalkulator untuk mengisi buku laporan jumlah kendaraan yang akan harus diisinya tiap 3 jam sekali. "Ya ini bisa dibilang manusia lawan komputer," ujar Edi.

Kadang, lanjut Edi, meski menghitung secara manual, perbedaan dengan alat penghitung komputer tidak banyak. "Perbedaan pasti ada, namanya manusia, tapi beda juga sedikit," imbuhnya.

PNS golongan IIB itu mengaku bekerja 12 jam tiap hari. Biasanya pria yang bertempat tinggal di Brebes ini jarang makan saat menjalankan tugasnya. "Takut kecolongan sama mobil-mobil yang melintas. Mau ke WC pun juga minta ada yang gantiin dulu," tuturnya.

[ sumber ]